Kisah Orang Terdahulu Pada Saat Menjelang Ajal Yang Sangat Bermanfaat Untuk Diambil Hikmah dan Pelajarannya





KHASANAAKHIRZAMAN.COM - Kisah ini dikutip dalam buku berjudul At-Tadzkirat Bi Ahwali al-Mauta wa Umur al-Akhirat Karya Imam Al-Qurthubi berikut beberapa kisah yang sangat bermanfaat 

1. Dalam Manaqib al-Imam Ibnu Hanbal hal.407 karya Ibnul Jauzi, Abdullah bin Hanbal mengatakan,''Ketika ayahku menjelang wafat, aku menyeka keringat yang membasahi jenggotnya dengan menggunakan kain lap. Tiba-tiba ia siuman dari pingsanya, dan sambil menggerakkan tangan berkali-kali ia mengatakan,'Jangan aku tidak mau. Jangan, aku tidak mau.'Setelah tenang aku bertanya,'Ayah,ada apa? Apa yang anda lihat? Ia menjawab,'Aku tadi melihat setan berdiri tepat didepanku. Sambil menggigit jari ia berkata,'Hai Ahmad, ayo ikut aku.' Lalu aku jawab,'Jangan, Aku tidak Mau. Jangan, aku tidak mau. Sampai aku hampir Mati.'' 

2. Imam Abul Abbas alias Ahmad bin Umar al-Qurthubi menceritakan pengalamanya sewaktu ia berada di perbatasan kota Iskandaria,''Suatu hari aku menjenguk guruku Abu Ja'far alias Ahmad bin Muhammad bin Muhammad al-Qurthubi yang sedang dalam keadaan kritis. Ketika seseorang menalkinnya membaca kalimat La Ilaha Illallah, ia malah menjawab,'Tidak,tidak.' setelah siuman aku menghampirinya dan menceritakan hal itu. ia berkata,'Tadi ada dua setan datang padaku dari sebelah kanan dan sebelah kiriku. Yang satu bilang,'Matilah memeluk Agama Yahudi, karena ia adalah agama terbaik,' Dan yang satunya lagi bilang, Matilah memeluk agama Nasrani, karena ia adalah agama terbai.' Aku menjawab Tidak,tidak.''
Pengalaman seperti itu sering dialami oleh orang-orang saleh. jadi kalau mereka menjawab ,''Tidak'', ketika ditalkin, itu bukan ditunjukan kepada orang yang menalkin, melainkan kepada setan yang datang membujuknya ke jalan yang sesat.

3. Diriwayatkan oleh Ibnul Mubarak dan sufyan dari laits, dari Mujahid bahwa ia berkata,''Setiap orang yang hendak meninggal dunia, ia akan diperlihatkan orang-orang yang sedang duduk menungguinya. Jika mereka orang-orang fasik, ia akan meninggal sebagai orang yang fasik. Dan jika mereka orang-orang ahli dzikir, ia akan mati sebagai orang yang baik-baik (Riwayat Dhaif)

4. Seorang penduduk bashrah yang terkenal rajin beribadah bernama Rabi' bin Marrat bin Ma'bad al-Juhani menceritakan pengalamannya,'' Aku mendapati beberapa orang tengah menalkin seorang laki-laki yang sedang dalam keadaan kritis,'Hai fulan, katakanlah La ilaha illallah.' Tetapi, orang itu malah minta air minum. mereka mencoba mengulanginya lagi,'Hai fulan, katakan La ilaha illallah.' Kali ini ia malah menjawab, Sepuluh, sebelas, dua belas.....' Belakangan aku tahu ia adalah seorang pedagang yang suka berbuat curang.''

5. Abu Muhammad alias Abdul Haq menceritakan sebuah hikayat dalam kidabnya Al-Aqibat sebagai berikut.
''Seorang lelaki sedang berdiri dihalaman rumahnya yang mirip sebuah bangunan tempat pemandian. Tiba-tiba ia melihat seorang gadis cantik sedang menghampirinya dan bertanya,'Mana jalan menuju tempat pemandian yang bagus di daerah ini? ia menjawab sambil menunjuk rumahnya,'Ini tempat pemandian yang bagus.' Gadis itu masuk kerumahnya, dan ia pun mengikutinya dari belakang. Begitu masuk rumah dan melihat tidak ada tempat pemandian, gadis itu merasa bahwa ia ditipu. Tetapi, diam-diam ia merasa senang bisa berduaan dengan laki-laki itu di rumahnya. Si gadis minta disediakan makanan yang enak-enak. Laki-laki itu berkata,Tentu, aku akan memenuhi segala apa yang kamu inginkan.' Ia lalu keluar dan meninggalkan pintu rumah yang tidak terkunci. 
Sambil membawa makanan yang enak-enak yang diminta oleh gadis itu, ia pulang dengan hati yang sangat girang. Tetapi, begitu masuk rumah ia mendapati gadis itu sudah tidak ada. Ia berusaha mencarinya, namun tidak ketemu. Dengan linglung ia berjalan mondar-mandir sendiri sambil kesana kemari sambil menyebut terus nama gadis itu. Saat merasa lelah ia pun pulang ke rumah.
Berkali-kali ia bertanya sendiri,'Hai wanita yang tadi bertanya padaku tentang jalan yang menuju ke pemandian, dimana kamu sekarang? Sang gadis yang ternyata masih berada dirumah itu dan sengaja bersembunyi di atas lonceng menjawab,'Bukankah kamu sedah berhasil menjebaknya di rumahmu?' Mendengar jawaban itu ia semakin linglung. Akhirnya, ia mengalami stres berat cukup lama. Kemudian ia jatuh sakit parah. Dan ketika seorang teman menalkinnya supaya mengatakan La ilaha illallah, ia malah menjawab,

\''Wahai wanita yang pada suatu hari bertanya padaku
tentang jalan yang menuju ke pemandian, di mana kamu sekarang?

Dan, itulah kata-kata terus disebut-sebutnya sampai akhirnya ia meninggal dunia. Kita berlindung kepada Allah dari peristiwa yang sangat tragis tersebut.'' banyak orang yang mengalami peristiwa seperti itu. Mesti kasusnya berbeda, namun intinya sama. Yaitu karena terlena oleh fitnah duniawi, ia tidak sanggup mengucapkan La ilaha illallah pada akhir hayatnya. Yang ia ucapkan justru kalimat-kalimat aneh-aneh yang menyangkut keinginan atau ambisi yang diburunya yang belum tercapai.

5. Ibnu Dhafar dalam kidabnya An-Nasha'ih bercerita,''Yunus bin Ubaid adalah seorang penjual rempah-rempah yang terkenal sangat jujur. ia tidak mau ada orang yang membeli dagangannya tertipu, apalagi sampai sengaja berbuat curang. Karena itulah., ia tidak ingin berjualan pada saat hari masih terlalu pagi atau sudah hampir selesai atau ketika cuaca gelap. Pada saat-saat seperti itu ia khawatir orang yang membeli barang dagangannya akan salah memilih sehingga kecewa.
Bahkan, pada suatu hari ia sengaja merusak sekalian alat timbangannya yang sudah tidak berfungsi secara normal dengan menggunakan batu. Ketika ditanya temannya kenapa tidak berusaha memperbaikinya, ia menjawab,'Aku tidak mau menyimpan barang yang bisa menimbulkan bencana.'' Lalu, ketika ditanya kenapa harus merusaknya, ia menjawab dengan menceritakan pengalamannya,'Suatu hari aku menyaksikan seorang laki-laki sedang menghadapi ajal. aku berusaha menalkinnya supaya mengucapkan La ilaha illallah. Tetapi, ia diam saja dengan mata melotot.  Ketika aku desak, ia menjawab terus terang,''Tolong kamu saja yang mendoakan aku kepada Allah. Lidahku terasa menempel di lidah timbangan yang biasa aku pakai melakukan kecurangan dalam berdagang. Itulah sebabnya aku tidak sanggup mengucapkan kalimat yang kamu ajarkan tadi.''

Sejak saat itu Yunus bin Ubaid memberlakukan syarat kepada orang yang membeli barang dagangannya untuk membawa timbangannya sendiri dan juga menimbang dengan tangannya sendiri. Bagi pembeli yang tidak mau, Yunus lebih baik tidak bersedia melayaninya.''

Comments